Thursday, August 16, 2007

Top the Agung Mountain

Liburan Idul Fitri 1427 Hijriyah lalu, pasti aku akan suntuk banget dirumah. Aku ingin keluar rumah pada saat liburan itu, menghindari teman-teman didesaku, temen adekku yang tahu kalo aku liburan, pasti buanyak banget dirumah tanya inilah-itulah, cara chat melalui handphone, kirim email melalui handphone, kena virus lah, cuaapek banget kalo libur, lebih capek dari kuliah. Setelah selesai kutangani paling cuma ucapan terima kasih, aku ampe begadang jam 4 pagi, Aku tidur dalam 1 hari itu hanya 5 jam aja !.

Nah pas waktu itu ada kakak kelasku yang nawarin untuk mendaki Gunung Batukaru di Tabanan, setelah hari H, acara mendadak berubah karena di Gunung Batukaru ada upacara, orang umum ga boleh masuk kecuali orang yang mau sembahyang. Kemudian acara dialihkan ke Gunung Agung, Acara waktu itu diikuti oleh Aku,3 kakak kelasku (Sari, Kadek Maha, ama Komang) dan 16 siswa/siswa SMA Negeri Petang (walaupun aku bukan alumnus sana) dan Pak Karsana (Pembina PMR sana yang kebetulan aku kenal baik). Aku berpikir Gunung Agung ?! (walaupun hampir semua gunung di Bali uda pernah kudaki kecuali Gunung yang satu ini) . Perlengkapan yang kupersiapkan hanya cukup untuk Gunung Batukaru. Ya apa bleh buat pasrahkan saja, aku hanya bawa 1 sleeping bag, 1 tikar spon lipat, 2 botol air mineral 1.5 liter, 4 pop mie, roti, dan snack, handphone, pisau multifungsi, senter, ama tenda, baju hangat, selendang, canang sari, perlengkapan yang cukup minim untuk mendaki gunung tertinggi di Bali dan tertinngi ke 8 di Indonesia (3142 m dari permukaan laut), !

Pagi itu aku berangkat jam 9 teng ! dari tempat kumpul pertama di SMA Negeri 1 Abiansemal. Perjalanan ga terasa uda sampe di Pura Besakih. Aku parkirkan kendaraan dan kami minta izin ama Polisi Hutan disana, sembahnyang dulu di Penataran Agung sebelum naik ke puncak. Kami pun mulai ke puncak aku kira hanya aku yang minim bawa perlengkapan temen-temen lain juga gitu !.

Pukul 10.15 Di perjalanan pertama memang kami lalui dengan jalan setapak yang uda disedikan ama penduduk disana. 500 meter berlalu drajat kemiringan tanah yang kami lalui makin bertambah, jalan semakin sulit dan licin berdebu. Kanan-kiri ada tebing. Makin ke atas makin terjal dan extrem,

Pukul 19.45 Temen yang cewek-cewek minta istirahat penuh walupun di tiap perjalanan kita istirahat barang 1 menit. Tempat sulit nyari soalnya cuma ada jalan setapak kecil, dimana mau tidur !?. Terpaksa tidur berjajar di atas debu yang padat sekali, bisa dibanyangin kotornya pakaian kami,sayang aku ga bawa kamera, kamera digitalnya dipake bapak sih !. Temen yang cewek-cewek tidurnya di selokan-selokan biar hangat, sleeping bednya aku pinjamkan saja kasian mereka baru pertama kali mendaki, cewek lagi !. Tapi aku salut ama mereka masih bertahan di ketinggian 2758 m dari permukaan laut. Aku tidur diatas tikar spon, dengan tipe hotel berbintang banyak he he he..!.

Pukul 22.09 Suhu makin turun, kira-kira 9 drajat Celcius. Bisa dibayangkan air mineral setengah membeku. Ga disangka malam itu juga ada badai, angin bertiup kencang, pohon cemara bergoyang-goyang keras sekali.Sebagai bayangan kencangnya, tasku yang berisi 4 popmie bergeser !. Suhu makin dingin, tangan hampir beku, angin keras terpaksa aku tutup diriku dengan terpal, kaki saling disilangkan ama temen biar hangat.

Pukul 03.46 Perjalanan dilanjutkan dengan memakai senter, sampe diatasan dikit kami bertemu dengan pendaki lain, mereka itu tim mapala UNUD, kami minjam api unggunnya. Setelah sekitar 6 menit istirahat, perjalanan dilanjutkan kembali,kami melalui sebuah jalan yang berisi pasir saja, tiap melangkah kaki kita kayak diisap, cukup kesulitan juga melalui jalan ini. Udara semakin tipis, oksigen semakin melemah, tekanan udara sangat tinggi, jalan semakin terjal, kanan-kiri jurang yang dalam.

Pukul 06.00 Aku sampai di Base Cam, peristirahatan terakhir. Persediaan air menipis, napasku semakin pendek, terpaksa aku tidak melanjutkan, padahal puncak tinggal 100 meter lagi. Terpaksa aku istrahat sampe disana aja mengirit air dan disamping aku khawatir dengan diriku yang napasnya lebih parah dari orang asma. Tapi ada beberapa temenku yang mau melanjutkan, maklum meraka orang-orang gunung yang uda terbiasa dengan oksigen sedikit, mereka menitipkan tasnya ke aku !.Aku hanya nitip bunga edelweis (bunga cinta abadi hee.. hee... hee..) saja kalo mereka ke puncak. Aku sempet kaget juga di Basecam ini karena disampingku berdiri kera berukuran besar, tapi karena aku melihara monyet dirumah, mungkin karena kenal baunya, kera tersebut ga menyerang sama sekali. Aku kasi ketupat saja kera-kera tersebut, Kasian kera-kera itu hanya mengandalkan makanan dari pendaki !. Di ketinggian yang gersang itu kera-kera itu makan apa !. (Base Came = 3042 m dari permukaan laut). Pemandangan alamnya sungguh menakjubkan, kita akan tahu itulah kebesaran Tuhan, kalo dirumah aja kita ga akan tahu gimana karya Tuhan itu sesungguhnya.

Pukul 09.12 mereka datang dari puncak, mereka istirahat sebentar. Kemudian turun lagi, tapi yang paling parah ga setetes air pun tersisa !. Terpaksa untuk mengirit energi , aku turun kayak orang main ski air. Beberapa kali lenganku terbentur batu. Debu bertebangan !. Ampe di hutan pinus aku sendirian di tengah hutan, rombongan ada yang dibelakang ada juag yang didepan aku ditengah-tengah. Sempat bingung juga, jangan-jangan tersesat di tengah hutan seluas ini. Dihutan ini juga kakiku sempet terbetur kayu, terpeleset 16 kali, karena jalannya cuma kerikil dan debu, sendirian lagi karena ditinggal, dan ada juga yang masih jauh dibelakang, jadi ga ada yang bantu waktu turun ditempat yang extreem.

Pukul 11.30 Mulut uda mulai kering, air ga ada perut, pohon buah ga ada, lapar, jalan semakin melambat, penglihatan kayak setting image "Emboss", kepala kayak "Windows akan mau Di shutDown. Dipikiranku cuma ada es kelapa muda, itulah impianku biar langkahku cepet. Andaikan ada yang mengasi es kelapa waktu itu aku bayar Rp. 500.000 cash, tapi sayang ga da orang !. Alhasil waktu itu ketemu ama tim mapala Tabanan, mereka tahu yang aku mau yaitu air. Mereka mengasi minumannya sedikit akhirnya lega. Kayak Gurun Sahara kena hujan sekali. Aku berterima kasih kepada penolongku itu. Akhirnya langkah-langkah aku jalani, akhirnya sampe juga di pemukiman penduduk dan Pura Besakih. Yang kutuju pertama kali adalah impianku tadi "Es kelapa muda" aku beli beli nasi campur untuk ngisi perut kosong. Maunya sih mandi di sungai, tapi keburu sore akhirnya aku memutuskan pulang. Sudah kuduga, kata adikku pas aku mendaki banyak tamu datang kerumahku. Ampe dirumah kakiku kram, aku minta ibuku memijatnya, karang udah mendingan, walaupun kurus gini ampe juga di ketinggian 3042 m dari permukaan laut dengan menempuh perjalanan bolak-balik kurang lebih 10 km.